Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menikmati Mie Dingin di Restoran Korea Utara di Jalan Gandaria...

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Jumat, 14 Juni 2013, 08:19 WIB
<i>Menikmati Mie Dingin di Restoran Korea Utara di Jalan Gandaria...</i>
FOTo: GUH/RMOL
rmol news logo Menyusuri Jalan Piere Tendean di Jakarta Selatan, Anda akan menemukan sejumlah restoran Korea di kiri dan kanan jalan yang dikelola pebisnis Korea Selatan. Menurut kabar yang beredar dari mulut ke mulut, yang paling terkemal dan dianggap sebagai restoran Korea (Selatan) terbaik di Jakarta ada di tempat itu. Namanya Tobak. Restoran ini hampir tidak pernah sepi dari pengunjung, baik di "jam sepi" apalagi di "jam sibuk" terutama pada saat makan siang.

Sementara bila Anda menyusuri Jalan Gandaria I, juga di Jakarta Selatan dan tidak begitu jauh dari Jalan Piere Tendean, Anda akan menemukan sebuah restoran Korea. Nama restoran di Jalan Gandaria ini Pyongyang. Dari namanya itu dapat diduga restoran ini dikelola pihak Korea Utara.

Menu di restoran ini hampir dapat dikatakan sama pada umumnya dengan menu-menu makanan yang ditemukan di restoran-restoran Korea Selatan, walau ada yang mengatakan rasa kimchi yang disajikan sedikit berbeda. Namun tentu saja tak mudah bagi lidah kita untuk menemukan perbedaan kimchi yang disajikan di Pyongyang Restaurant dengan yang disajikan restoran lain yang dikelola Korea Selatan.

Walau dikelola Korea Utara, tapi orang Korea Selatan juga kerap mengunjungi restoran ini.

"Seperti mereka ini," ujar Ri Jong Ryul sambil menunjuk ke arah tiga laki-laki yang duduk di belakangnya dan hanya dipisahkan sebuah separasi dari anyaman rotan.

"Orang China dan Jepang juga sering makan di restoran ini. Mereka bilang makanan kami lebih enak. Dalam waktu dekat restoran ini akan membuka satu cabang di Kelapa Gading," sambungnya tersenyum.

Ri Jong Ryul adalah Dutabesar Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korea Utara, di Jakarta. Ia mulai bertugas di Jakarta bulan Agustus 2011. Tadi malam ia mengundang Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara ke restoran itu. Sambil menyantap mie dingin khas Pyongyang, ia juga memberikan kesempatan kepada tamunya untuk menikmati nyanyian lagu Indonesia yang dibawakan pramusaji restoran yang masih muda-muda.

Dalam santap malam itu Ri Jong Ryul didampingi istrinya dan Kounsuler Kedutaan Korea Utara, Kim Chil Song, yang sangat fasih berbahasa Indonesia karena pernah menuntut ilmu di Universitas Bung Karno (UBK).

"Ini jamur yang sangat enak, kami datangkan dari Korea (Utara)," Dubes Ri Jong Ryul menjelaskan sepiring jamur yang dimasak seperti capcay. Ukuran jamur itu relatif lebih besar dari jenis jamur yang sama yang tumbuh di Indonesia.

"Sementara sayuran untuk kimchi ini dari Indonesia. Ini simbol persahabatan kedua negara," katanya lagi tertawa lebar.

Di panggung dua vokalis membawakan lagu karangan Chrisye, Pergilah Kasih. Suara mereka melengking tinggi. Gerak-gerik tubuh mereka memperlihatkan pengertian pada arti dan maksud syair lagu itu. Sementara tiga teman mereka yang juga wanita memainkan bass, keyboard dan drum. Sebuah lukisan pemandangan alam berukuran raksasa menghiasi dinding panggung utama yang berlantaikan karpet merah menyala.

Mengenakan baju tradisional Korea yang didominasi wana kuning dan merah jambu mereka berlima baru lulus pendidikan setingkat college di Korea Utara. Menurut Dubes Ri Jong Ryul, kelima wanita muda itu berada di Indonesia sejak tujuh bulan lalu untuk mengikuti semacam program interenship.

Setelah lagu Pergilah Kasih, seorang di antara mereka memainkan alat musik pukul khas Korea sambil menari di atas panggung dengan diiringi alunan keyboard yang dimainkan temannya.

Hal lain yang tentu saja dibicarakan dalam pertemuan di Pyongyang Restaurant adalah perkembang terakhir di Semenanjung Korea. Sempat tersiar kabar baik tentang pertemuan pejabat tingkat rendah kedua Korea di Panmunjom pada hari Minggu, 9 Juni lalu, untuk membahas sejumlah isu krusial mengenai komplek industri Kaesong yang ditutup bulan April. Komplek industri yang berada di Korea Utara itu ditutup menyusul ketegangan kedua Korea yang seakan sudah sampai ke ubun-ubun. Sebanyak ratusan perusahaan Korea Selatan beroperasi di Kaesong dan menampung sekitar 53 ribu pekerja Korea Utara.

Pembicaraan pendahuluan diakui berlangsung baik, dan menurut rencana pembicaraan selanjutnya akan dihadiri pejabat yang lebih tinggi akan digelar di Seoul tanggal 12 Juni lalu. Tetapi Korea Utara batal mengirimkan delegasi ke Seoul.

Apa alasannya? [guh/Bersambung]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA