Menyuarakan isi hati lewat jejaring sosial Twitter dan Kaskus. warga mengungkapkan simpati keÂpada para petani di daerah yang meraÂsakan dampak kekeringan lahan.
Akun @caac sedih mengetahui banyak petani gagal panen lantaran sawahnya mengalami kekeringan. Diharapkannya, pemerintah ikut turun tangan meringankan beban petani.
"Kasihan petani kekeringan dan sudah yang banyak gagal panen. Bisa kelaparan mereka," kicaunya.
Akun @sarahsafirau mengatakan, petani merupakan tulang punggung pembangunan nasional. Soalnya, ada tidaknya pasokan pangan dari dalam negeri ditentukan oleh petani lokal.
"Daging sapi langka, kekeringan, gagal panen dan kurs Rp 13.500 per dolar AS? Ini menjepit napas petani," cuitnya.
Akun @rindho_sa bingung Indonesia yang mendeklarasikan diri sebagai negara agraris, tetapi petaninya terkena dampak kekerinÂgan. Kata dia, hal itu menunjukkan pemerintah belum optimal memberiÂkan fasilitas irigasi.
"Ayo dong pak Jokowi perhatikan petani," pinatnya.
Akun @is7988 menduga, peÂnyebab utama kegagalan panen di berbagai daerah adalah kurangnya persediaan air. "Faktor cuaca, kekÂeringan sebabkan gagal panen di mana-mana," kicaunya.
Akun @MDAconsultant warga Legok, Tangerang, Banten, menÂgungkap, kalau petani di wilayahÂnya sudah mengalami gagal panen. Bahkan lahan pertanian yang gagal panen lebih dari 30 hektar.
"Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang gagal panen total," curhatnya.
Akun @boemipertiwi45 memÂbeberkan, petani di kampungnya di daerah Cianjur banyak yang stres mengalami gagal panen. "Beras Cianjur yang memiliki nama diperÂkirakan gagal panen," celotehnya.
Akun @chaoz_ri memperkirakan, harga beras di pasar akan naik pasca kegagalan panen. "Beras bakal maÂhal nih," kicaunya.
Akun @cikem05 berharap, peÂmerintah menemukan teknologi peÂnyulingan air laut menjadi air tawar untuk dipergunakan mengairi ladang petani. "Air laut banyak masak kita kekurangan air. Malu dong sama Singapura," katanya.
Sementara, akun @tegar_amr yaÂkin Presiden Jokowi akan memberi bantuan kepada petani yang menÂgalami gagal panen. "Pak Jokowi pasti kasih jalan keluar ke petani," kicaunya.
Akun @Hikamudin menilai, kegagalan panen tahun ini bukan akibat kesalahan pemerintah. Hal itu, kata dia, lebih disebabkan faktor alam. "Selama dua tahun di daerah kami petani itu gagal panen karena wabah wereng," kicaunya.
Akun @arvit_caem mengataÂkan, banyak petani Indonesia belum mengerti cara bertani dengan teknoloÂgi. "Ngandelin air hujan wajar gagal panen. Harusnya cari sumber air dengan teknologi," kicaunya.
Akun @maulan yakin, Presiden Jokowi akan mengeluarkan angÂgaran untuk membantu petani yang mengalami gagal panen.
"Tapi takutnya bantuan itu lambat sampai ke petani. Dikorupsi oknum pemerintah," tudingnya.
Politisi Partai Golkar Eni Maulani Saragih meminta pemerintah memberi bantuan modal dan pangan kepada petani yang mengalami gagal panen akibat dilanda bencana kemarau. Dia mengatakan, bantuan modal dan pangan dari pemerintah merupakan bentuk perhatian agar para petani ke depan tetap mau melakukan cocok tanam tahun berikutnya.
"Petani dan kepala keluarga yang kesehariannya mengandalkan hasil pertanian jangan sampai susah akibat terjadinya gagal panen," katanya.
Menurut Eni, kemungkinan gagal panen petani ada di depan mata. Soalnya, tahun ini musim kemaÂrau diramalkan akan berlangsung lama.
"Menteri, kepala daerah, BUMN dan instansi terkait harus gerak cepat begitu mengetahui petani mengaÂlami gagal panen. Pemerintah harus tetap ada untuk senantiasa memÂperhatikan kehidupan masyarakat," ingat Eni.
Anggota Fraksi Partai Golkar DPRini mengingatkan, merujuk UUNo.8 Tahun 2012 tentang Pangan, pemerintah diamanatkan untuk memberikan bantuan kepada petani yang mengalami kesulitan.
Dikatakan, bantuan modal dan pangan yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat adalah dalam rangka mengatasi masalah pangan dan krisis pangan. Serta meningkatkan akses pangan bagi masyarakat misÂkin dan/atau rawan pangan dan gizi, dan kerja sama internasional.
"Petani rentan terkena masalah pangan. Kegagalan panen bisa menghadapkan mereka pada ketidakmampuan memenuhi pangan dan kebutuhan ekonomi," kata Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar ini.
Eni menambahkan, jika terjadi gaÂgal panen, dikhawatirkan juga menÂgakibatkan harga pangan meroket yang berdampak terhadap inflasi.
Akibatnya, kata Eni, daya beli masyarakat bisa semakin lemah. Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni mencapai 54,6 persen. "Ini bisa memicu impor pangan yang tak terkendali," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena kekeringan ini akan terjadi Pulau Jawa, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gejala cuaca ini juga diperkirakan akan terjadi pada Agustus hingga Desember 2015. Kondisi ini dikhaÂwatirkan dapat mengganggu masa panen padi September dan Oktober nanti. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: