Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jangan Omdo, Pemerintah Tolong Perhatikan Warteg

Minggu, 24 Juli 2016, 09:13 WIB
Jangan Omdo, Pemerintah Tolong Perhatikan Warteg
foto:net
rmol news logo Pemerintah diminta me­lihat kenyataan masyarakat Indonesia. Tidak perlu ribet membicarakan ekonomi dengan utang luar negeri besar-besar, bicara investasi asing, atau hal lainnya yang penuh retorika.

Pemerintah diminta mulai memperhatikan dan mengurusi hal-hal nyata, seperti warung-warung Tegal (warteg), demi memperkuat dan mengembang­kan perekonomian rakyat.

Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Ali Mahsun menyam­paikan, untuk wilayah DKI Jakarta saja terdapat 25.000-an warteg. Karena itu, sebagai wujud kepedulian dan pengem­bangan perekonomian rakyat, pemerintah ditantang membuat warteg masuk kawasan ekonomi strategis (KES).

"Ini ekonomi rakyat yang perlu diperhatikan dan dima­jukan pemerintah. Nggak usah ngomong gede deh," ujarnya.

Para pengusaha warteg jelas Ali, diwadahi dan menjadi ang­gota Asosiasi Pengusaha Warteg Nusantara. Dari sisi ekonomi, sebagian besar mereka merupa­kan anggota Koperasi Warteg Nusantara (Koantara). Saat ini, Koantara baru menyuplai beras ke seluruh warteg.

"Kami dapat pinjaman modal dari PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan -red) Surveyor Indonesia dengan bunga murah tanpa agunan. Di Jakarta juga ada Martabak Khas Slawi Tegal," ujar Mukroni, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Warteg Nusantara, yang juga Ketua Koantara, saat pertemuan den­gan Ketua Umum DPPAPKLI Ali Mahsun, di Warteg Nurul Menteng, Jakarta Pusat.

Di tempat yang sama, Ali mengatakan, warteg ada di seluruh Tanah Air. Usaha warteg juga merupakan bagian tak terpisah­kan dari perekonomian rakyat dan warisan budaya bangsa. "Warteg harus dilestarikan, dikembang­kan, harus maju sehingga mam­pu bersaing menjadi pilar pereko­nomian bangsa," ujarnya.

Karena itu, jelas Ali lagi, menghadapi era masyarakat ekonomi Asean (MEA) dan per­saingan bebas laiannya, warteg harus masuk ke semua kawasan ekonomi strategis di seluruh Indonesia.

"Harus ada di kawasan pasar tradisional, kawasan wisata, kawasan industri, kawasan olah­raga, dan kawasan ekonomi strategis lainnya. Warteg harus terus berbenah, harus eye catching dan mampu bersaing," ujarnya.

"Jika pemerintah tidak mau, dan cuma ngomong, kami seka­rang bergandengan tangan antara APKLI dengan Koantara untuk mewujudkannya," pungkas Ali.

Seperti diketahui, persoalan penanganan warteg sempat mem­buat heboh republik ini. Soalnya, pemerintah pernah mau menarik pajak para pengusaha warteg. Pada 2015 lalu, saat terjadinya penu­runan penerimaan pajak di kuar­tal pertama, pemerintah melalui Menteri Keuangan Bambang Brodojonegoro membebaskan pajak barang mewah. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA