Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kushner 'The Insidious'

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-takdir-5'>MUHAMMAD TAKDIR</a>
OLEH: MUHAMMAD TAKDIR
  • Selasa, 23 Mei 2017, 12:33 WIB
Kushner 'The Insidious'
Jared Kushner/Net
PADA saat Presiden Donald Trump terbang meninggalkan Arab Saudi menuju Israel, figur pertama yang akan selalu dibicarakan adalah Jared Kushner. Suami Ivanka Trump ini merupakan tokoh di balik kesuksesan kunjungan dua hari Trump di Saudi.

Jared Kushner menjadi sentral dari seluruh pergeseran relasi Saudi dan AS di bawah Trump. Pilihan untuk  mengunjungi Saudi, Israel dan Vatikan sekaligus membuktikan bahwa Kushner sesungguhnya memiliki sense politik yang bagus.

Kushner, menantu Trump menerima pendelegasian urusan luar negeri yang dianggap strategis bagi Washington. AS boleh punya Rex W. Tillerson sebagai Menlu. Tetapi Trump yang terbiasa menempuh manuver zig zag maupun langkah-langkah unconventional tetap memasang menantunya sebagai crusher.

Meskipun dikomentari sinis oleh publik, penunjukan Kushner sebagai Penasehat Senior Gedung Putih membuktikan bahwa Trump punya kalkulasi sendiri terhadap portofolio luas yang ia berikan kepada menantunya. Ada agenda yang tidak mudah Trump share terbuka dengan Kemlu ataupun Kemenhan AS. Keikutsertaan Kushner dengan rombongan Menhan AS, Jim Mattis ke Irak pada Maret 2017 – sesuatu yang di luar kebiasaan tugas Senior Adviser, merupakan salah satu sinyal penting hipotesis tersebut.

Ketika Kushner yang menyampaikan detail rencana kunjungan ke Saudi pada tanggal 4 Mei 2017, saat itulah Kushner menjadi sangat visible. Lagi-lagi, bukan Menlu Rex W. Tillerson. Jika itu menyangkut logistik maupun teknis kunjungan, masih dapat dimaklumi. Tetapi ini sudah menyentuh orientasi AS di kawasan. Kushner telah menjadi “the insidious”, orang dalam yang sangat berpengaruh!

Kushner adalah deskripsi serba opposite mertuanya, Trump. Modis, muda, pragmatis, cool, punya DNA Demokrat serta pengusaha yang punya ambisi tinggi memodernisasi birokrasi AS. Pokoknya, seluruh tendensi terburuk yang terdapat pada diri Trump, bisa ditemukan kebalikannya pada diri Kushner.

Bahkan sampai yang terakhir, ketika skandal Russian connection mulai menggerogoti ring satu di sekitar Donald Trump, Kushner masih dianggap bukan adult yang berada di sekitar Presiden. Artinya, seorang dewasa yang patut disangkai secara hukum tidak atau belum berlaku pada diri Kushner. Suami Ivanka ini masih belum disebut, meski dua tokoh kunci confidante Donald Trump sudah mulai masuk plot investigasi. Kedua orang itu adalah Mike Flynn, mantan Penasehat Keamanan Gedung Putih dan Paul Manafort, mantan manajer kampanye Trump.  

Kushner dengan pesona dirinya yang tenang terus menyimpan misteri. Kesan intelek yang nampak dari pembawaan maupun tutur katanya membuat Kushner resistant terhadap setiap agitasi politik yang membayangi administrasi Trump. Pertanyaannya sekarang, mampukah seorang Jared Kushner yang berasal dari Keluarga Yahudi mengubah perburuan nasib dirinya sebagai “ultimate deal” atau sebaliknya menjadi “explosive deal” menuju hari-hari ke depan yang akan terasa berat di pundak Trump.

Laporan investigatif New York Times menulis bahwa meskipun Kushner tidak terlihat jelas dalam mencegah Trump memecat Direktur FBI, James Comey yang tengah mencoba menyingkap tabir Russia connection di seputar Trump, tetapi Kushner disebutkan “generally supportive” terhadap aksi pemecatan tersebut. Menurut laporan itu, ketika Wakil Jaksa Agung AS, Rod Rosenstein menunjuk mantan Direktur FBI, Robert Muller sebagai special counsel penyelidikan skandal Rusia, Kushner termasuk tokoh yang menganjurkan Trump mengambil sikap keras (counterattack) atas penunjukan itu.  

Artinya, Kushner tidaklah “semanis” yang saat ini dibayangkan orang. Tokoh ini tetap menjadi figur antagonis yang sulit diterka dalam pusaran skandal Trump yang kian hari semakin meluas. Sekembali dari kunjungan luar negeri pertama Trump selaku Presiden ke-45 AS, mereka harus kembali menghadapi harsh reality bahwa Russian connection itu kemungkinan tidak sebatas Mike Flynn atau Paul Manafort lagi.[***]


Penulis adalah alumni Geneva Centre for Security Policy (GCSP), Switzerland, twitter@emteaedhir

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA