Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dubes Kuba: Trump Membuat Hubungan AS dan Kuba Kembali Memburuk

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Jumat, 03 November 2017, 00:15 WIB
Dubes Kuba: Trump Membuat Hubungan AS dan Kuba Kembali Memburuk
Dutabesar Republik Kuba Nirsia Castro Guevara/RMOL
NIRSIA Castro Guevara bertugas sebagai Dutabesar Republik Kuba untuk Republik Indonesia sejak bulan Agustus 2015. Sebelum dikirim pemerintahan Raul Castro ke Jakarta, wanita kelahiran Provinsi Granma, 4 Maret 1956, ini pernah menjadi Dutabesar Kuba di Republik Sri Lanka dan Republik Maladewa (2008-2012) dan di Kerajaan Kamboja, Kerajaan Thailand dan Republik Myanmar (2002-2006).

Bagi alumni Institut Hubungan International Raul Roa Garcia, Indonesia adalah negara yang berperan besar dalam percaturan politik regional dan internasional.

Ibu seorang anak yang juga bisa menggunakan bahasa Rusia dan Jepang itu menyambut redaksi di teras kantor yang juga merupakan tempat tinggalnya di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan.

Dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam di ruang kerjanya, Nirsia menjawab pertanyaan redaksi mengenai beberapa hal, mulai dari upaya pemerintah Kuba menangani dampak bencana badai Irma yang terjadi pertengahan September 2017, tantangan dan potensi hubungan Indonesia dan Kuba, juga tentu saja ketegangan baru antara Kuba dan Amerika Serikat di era Presiden Donald J. Trump.


Hubungan Kuba dan AS mengalami perbaikan menjelang akhir era pemerintahan Presiden Barack Obama. Tetapi belakangan ini upaya normalisasi itu mendapat hambatan dari pemerintahan baru di AS. Bagaimana perkembangan terakhir?

Dalam masa pemerintahan Presiden Obama yang lalu sudah ada langkah bagus yang diambil kedua negara untuk normalisasi hubungan. AS membuka kembali kedutaan di Havana, kami pun membuka kedutaan kami di Washington DC.

Di tahun 2015 ada banyak hal yang telah dilakukan untuk membangun hubungan baik pada sektor-sektor dimana kami memiliki kesamaan kepentingan dan menjanjikan peluang. Misalnya, dalam hal melawan penyelundupan manusia dan melawan peredaran narkoba. Kami juga mendiskusikan beberapa sektor dimana kedua negara belum memiliki perjanjian kerjasama.

Apakah ada hal lain yang diinginkan Kuba dalam konteks normalisasi itu?

Ini pertanyaan yang bagus sekali. Saya jadi memiliki kesempatan untuk mengatakan bahwa bulan depan di Majelis Umum PBB, Kuba akan menyampaikan sebuah resolusi yang meminta AS menghentikan blokade atas Kuba di sektor keuangan dan ekonomi.

AS menyebutnya dengan istilah embargo, sementara kami menyebutnya blokade yang dilakukan untuk melemahkan kami.

Kami juga dengan tegas meminta agar AS mengembalikan Guantanamo ke Kuba, karena itu adalah wilayah kami.

Bagaimana dengan isu HAM yang kerap digunakan AS untuk menekan negara-negara lawan?

Tentu kami juga akan menjelaskan isu HAM sebagai respon atas usaha mereka menekan kami. Kami memiliki posisi yang jelas dan tegas. Kami menjamin HAM bagi warganegara kami, karena ini adalah hal paling mendasar yang harus dimiliki semua orang, seperti hak untuk hidup dan mendapatkan kehidupan yang baik, hak pendidikan, juga hak untuk mendapatkan pekerjaan dan perumahan, dan sebagainya.

Tetapi mereka terus membicarakan soal HAM di Kuba dan menjadikannya sebagai isu politik untuk menekan kami.

Trump ingin membatalkan semua kebijakan yang diambil pemerintahan Obama terkait Kuba. Bagaimana pendapat Anda?

Ini adalah langkah mundur dalam hubungan kedua negara yang sudah dibangun dengan baik oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Raul Castro.

Hanya beberapa hari lalu dalam pidatonya di PBB, Presiden Trump menyampaikan kata-kata yang sangat jelek tentang Kuba. Dia juga mengatakan akan tetap mempertahankan blokade terhadap Kuba.

Di era pemerintahan Obama sekalipun kami sudah meminta blokade dicabut tanpa syarat. Permintaan kami tidak berubah. Dan di era pemerintahan Trump, situasi menjadi lebih buruk. Kementerian Luar Negeri Kuba sudah menjawab dan membantah semua pernyataan Trump yang sangat jelek itu.

***

Pada bulan Juli 2015, pemerintahan Barack Obama di AS dan pemerintahan Raul Castro di Kuba sepakat menormalisasi hubungan kedua negara yang memburuk sejak Revolusi Kuba yang dipimpin Fidel Castro dan Che Guevara 1959. Walau Kedutaanbesar Kuba di Washington DC dan Kedutaanbesar AS di Havana kembali dibuka, namun AS tetap mempertahankan embargo atau blokade ekonomi terhadap Kuba.

Hubungan baik kedua negara kembali memburuk tak lama setelah Trump resmi dilantik sebagai presiden AS menggantikan Obama. Trump mengatakan dirinya akan membatalkan semua keputusan politik Obama tentang Kuba.

Baru-baru ini, pemerintah AS menuding pihak Kuba menyerang diplomat AS dengan senjata sonic yang mengganggu pendengaran dan syaraf. Menlu AS Rex Tillerson sempat mengatakan AS mempertimbangkan menutup Kedubes AS di Havana. Pemerintahan Trump juga kembali membatasi warganegara AS yang ingin berkunjung ke Kuba.


***

Beberapa waktu lalu Kuba dihantam oleh badai Irma, salah satu badai yang memiliki skala terbesar. Banyak warga Kuba yang kehilangan tempat tinggal dan mengungsi. Bagaimana Kuba menghadapi hal ini?

Badai Irma adalah salah satu badai yang sangat kuat, menghantam pulau-pulau kecil Karibia, lalu bergerak ke utara. Dalam perjalanannya, badai Irman menyapu wilayah utara Kuba dari tanggal 9 sampai 12 September.

Kerusakan yang ditimbulkan sangat besar dari barat ke timur di pulau utama kami. Walaupun kami telah bekerja keras, ada juga korban tewas dalam bencana badai Irma ini sebanyak 10 orang.

Jumlah korban tewas dalam bencana badai Irma ini barangkali dianggap relatif kecil dibandingkan dengan jumlah korban yang mungkin terjadi di negara lain. Tetapi bagi kami ini adalah jumlah yang sangat besar. Badai ini juga membuat kerugiaan yang sangat besar di sektor ekonomi, serta menghancurkan ribuan rumah.

Kami sempat mengungsikan sekitar 1 juta warga kami dari daerah terdampak. Mereka kami ungsikan ke tempat-tempat yang lebih aman. Sejauh ini upaya pemulihan berjalan baik, dan kami optimis dapat melalui kejadian ini dengan baik.

Bagaimana Kuba membangun manajemen bencana sehingga walaupun bencana yang datang begitu besar, namun korban dapat diminimalisir dan recovery bisa cepat dilakukan?

Manajemen kebencanaan kami dilakukan secara komprehensif. Sebelum musim badai, yang biasanya bulan Juni, kami menyelenggarakan pelatihan di tengah masyarakat kami. Kami berusaha membuat masyarakat terbiasa menghadapi bencana dan menyadari tanggung jawab mereka masing-masing dalam menghadapi dan menanggulangi bencana.

Masyarakat dibiasakan menghadapi berbagai fase badai yang berbeda, tergantung pada kompleksitas situasi yang ada.

Kami memberikan informasi kepada masyarakat tentang badai yang akan datang. Kami juga menyediakan begitu banyak petunjuk manual yang dapat digunakan sebagai panduan bagi masyarakat untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam situasi bencana.

Dan saat badai mendekat wilayah Kuba, kami akan mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman.

Satu hal lagi yang dapat saya sampaikan bahwa dalam situasi bencana kami membiasakan masyarakat menggunakan radio, karena radio dapat bertahan dengan baterai. Ini lebih baik karena biasanya ketika badai datang jaringan listrik dipadamkan untuk menghindarkan korban.

Bagaimana dengan keterlibatan lembaga pendidikan dalam mitigasi bencana?

Tentu saja kami juga memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan sejak sekolah dasar. Sejak usia dini anak-anak kami sudah diajarkan berbagai potensi bencana dan situasi yang akan dihadapi. Ini juga merupakan hal yang penting dilakukan.

***

Kata Kuba mengingatkan masyarakat Indonesia pada dua sosok historis Fidel Castro dan Che Guevara. Keduanya adalah tokoh Revolusi Kuba di tahun 1959, dan juga teman baik Presiden Sukarno. Che Guevara pernah berkunjung ke Indonesia pada bulan Juli 1959. Dia menyempatkan diri berkunjung ke Jogjakarta, juga ke Candi Borobudur.

Sementara Castro walau tidak pernah ke Indonesia, tetapi dalam banyak pertemuan dengan Presiden Sukarno di berbagai forum internasional selalu memperlihatkan sikap persahabatan yang tulus.


***

Apa yang Anda rasakan tentang Indonesia?

Saya senang sekali berada di Indonesia. Ini adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan pemain penting di kawasan dan global. Bagi kami Indonesia sangat penting. Kita memiliki hubungan yang sejak di masa lalu.

Bagaimana hubungan kedua negara di bidang ekonomi?

Sebetulnya sangat rendah. Hubungan ekonomi Indonesia dan Kuba berada pada tingkat yang sebenarnya kita tidak mau lihat. Kita memiliki hubungan diplomatik yang sangat baik sejak Januari 1960. Hubungan itu dibangun oleh pemimpin historis kita, Presiden Sukarno dan Presiden Fidel Castro. Mereka yang bekerja untuk membangun pondasi hubungan kedua negara.

Dan untuk waktu yang cukup panjang kita memiliki hubungan yang sangat aktif di berbagai organisasi internasional. Agenda internasional Kuba dan Indonesia sangat dekat, kita memiliki prinisp dan posisi yang sama di berbagai organisasi internasional yang kita ikuti.

Tetapi di bidang ekonomi, bila kita bicara tentang perdagangan dan investasi, tidak begitu bagus. Hal inilah yang kita, bukan hanya saya, tetapi juga pihak Indonesia, sedang diupayakan untuk menemukan jalan demi membangun hubungan ekonomi kedua negara.

Dari perspektif Anda, apa yang akan menjadi peluang bagi kedua negara?

Ada bidang yang dapat kita kerjakan bersama. Misalnya soal perdagangan. Kuba memiliki produk farmasi dan bioteknologi yang baik. Ada beberapa produk yang bisa diekspor ke Indonesia. Kami juga memiliki pelayanan kesehatan dengan standar yang sangat tinggi.

Saya tidak ragu akan banyak barang yang bisa diekspor Indonesia ke Kuba. Tentu saja ini membutuhkan lebih banyak perjanjian bilateral dan membutuhkan pengetahuan yang lebih baik antara masyarakat kedua negara.

Apakah ada peluang investasi bagi Indonesia di Kuba?

Di bidang investasi juga banyak peluang bagi investor dari Indonesia. Kami sedang membangun sektor pariwisata. Kami menerima semakin banyak wisatawan, dan ini membuat kami membutuhkan infrastruktur yang memadai.

Pada tahun 2020 kami menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sekitar 8 juta, atau dua kali dari jumlah sekarang. Dengan populasi Kuba sebanyak 11 juta orang, rasio kunjungan wisatawan asing ini sangat besar.

Saya rasa investasi di industri kertas juga sangat menarik. Industri kertas di Kuba perlu ditingkatkan dan ini membutuhkan investasi yang besar.

Bagi kalangan aktivis Indonesia, Kuba adalah sebuah role model dalam gerakan. Tetapi bagaimana Indonesia di mata masyarakat Kuba?

Masyarakat kami juga memandang Indonesia sebagai negara sahabat. Ada kelompok dokter dan paramedis yang pernah berkunjung ke Indonesia sebagai tim kemanusiaan untuk membantu masyarakat Indonesia usai bencana nasional. Mereka disambut baik oleh masyarakat Indonesia.

Dan saat mereka kembali ke Kuba mereka memiliki kenangan yang baik tentang Indonesia.

Tentu saja kita harus terus membuat masyarakat kita memiliki informasi yang cukup mengenai Indonesia.

Diplomasi kebencanaan ini tampaknya menjanjikan…

Ya. Tim kemanusiaan dari Kuba mengunjungi Indonesia saat bencana Tsunami di Aceh, tahun 2004. Mereka dikirimkan langsung dari Havana, dan mereka bekerja selama enam bulan di Aceh.

Lalu pada tahun 2006 setelah gempa di Jogjakarta, Kuba mengirim sebanyak 135 tenaga medis dan paramedis berikut dua rumah sakit lapangan. Tim ini tinggal selama lebih dari enam bulan. Saya dengar, setelah mereka menyelesaikan tugas, masyarakat meminta mereka tetap tinggal. Akhirnya mereka memperpanjang bantuan selama enam bulan lagi.

***

Dalam pertemuan dengan Dubes Nirsia, redaksi juga menanyakan hubungan antara Fidel Castro dan Che Guevara yang dikabarkan memburuk sebelum akhirnya Che Guevara meninggalkan Kuba dan akhirnya tewas di Bolivia.

Kisah persahabatan antara Castro dan Guevara adalah salah satu topik yang diminati para penggemar revolusi Kuba.

Walau namanya mengandung kata Castro dan Guevara, tetapi Nirsia tidak memiliki hubungan darah dengan kedua legenda revolusi itu.

Nirsia baru berusia 11 tahun ketika Che Guevara yang berasal dari Argentina dieksekusi pemerintah Bolivia pada 9 Oktober 1967.

“Saya tak pernah bertemu dengannya, tetapi tentu seperti rakyat Kuba lainnya, saya mengenang Che Guevara sebagai pahlawan revolusi kami,” ujar Dubes Nirsia dalam sebuah kesempatan.


***

Bisa Anda gambarkan hubungan antara Che Guevara dan Fidel Castro?

Setelah kemenangan revolusi kami, Che Guevara ditunjuk sebagai menteri perindustrian dan gubernur bank nasional. Dia juga mewakili negara kami di banyak forum internasional.

Tetapi di sisi lain, sebenarnya Che Guevara juga punya satu keinginan, yakni melanjutkan perjuangan melawan kolonialisme dan membebaskan negeri-negeri yang masih berada di bawah penjajahan asing. Dia ingin melanjutkan perjuangan membebasakan negeri-negeri itu. Dia merasa bahwa sudah menjadi tugas dan kewajibannya untuk membantu mereka.

Dia sempat menulis sebuah buku tentang perang gerilya. Di dalam buku itu dia menuliskan pengalaman melawan diktator Kuba dan berharap pengalaman itu dipelajari oleh sebanyak mungkin orang.

Ketika merasa saatnya sudah tepat untuk meninggalkan Kuba, Che Guevara pergi ke Kongo untuk membantu gerakan kemerdekaan di sana. Tetapi karena situasi di Afrika tidak mendukung, dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Bolivia.

Dari Bolivia dia kembali sebentar ke Kuba. Kali ini dia mengajak kelompok kombatan yang ikut bersama dirinya pada masa revolusi Kuba. Bersama mereka, Che Guevara kembali ke Bolivia dan setelah itu kita tahu apa yang terjadi. Dia ditangkap tentara pemerintahan diktator Bolivia, dan dieksekusi pada 9 Oktober 1967.

Apakah ada pesan terakhir Che Guevara sebelum meninggalkan Kuba? Apa yang dikatakannya?

Hubungan Che Guevara dan Fidel Castro sangat tulus. Bila kita membuka dokumen sejarah, sebelum meninggalkan Kuba, Che Guevara menulis sebuah surat perpisahan untuk Fidel dan rakyat Kuba. Surat itu tidak rilis sampai kematiannya dipastikan.

Mengapa tidak segera dirilis dan diumumkan oleh Fidel Castro?

Menurut Fidel Castro, kalau surat itu diumumkan tak lama setelah Che Guevara meninggalkan Kuba, maka pihak lawan akan mengetahui bahwa Che Guevara tidak berada di Kuba melainkan sedang berada di tempat lain untuk melakukan perlawanan. Ini tentu akan berbahaya bagi keselamatan Che Guevara.

Jadi, Fidel Castro memutuskan menyimpan surat itu sampai kabar kematian Che Guevara terbukti. Fidel Castro membacakan surat itu dalam sebuah upacara untuk mengenang Che Guevara.

Di dalam surat itu Che mengatakan, kira-kira begini kalau diterjemahkan, “Saya memiliki tugas yang tidak bisa Anda lakukan. Saya ingin melanjutkan menyebarkan revolusi.”

Jadi bukan karena mereka memiliki perbedaan pandangan terkait hegemoni Uni Soviet?

Bukan karena itu. Mereka adalah dua sahabat yang kerap berdiskusi dan memiliki saling pengertian dan ketulusan dalam perjuangan.

Di Institut Che Guevara semua rekaman perjalanannya termasuk ke Indonesia dipamerkan oleh keluarga.

Apakah Che Guevara dianggap sebagai pahlawan nasional?

Ya, tentu saja. Bahkan hari-hari ini kami sedang memperingati kematian dirinya. Di Kuba murid-murid di sekolah diajarkan untuk mengikuti keteladanan Che Guevara.

***

Di awal pertemuan Dubes Nirsia Castro Guevara mengingatkan bahwa hari pada saat wawancara dilakukan, Selasa, 26 September 2017, adalah Hari Internasional Eliminasi Total Senjata Nuklir.

“Ini adalah momen yang baik bagi komunitas internasional untuk melakukan upaya bersama membangun kesadaran akan risiko dan bahaya pengayaan nuklir untuk persenjataan,” ujar Dubes Nirsia Castro Guevara.

***

Bagaimana sikap negara-negara di kawasan terhadap isu senjata nuklir?

Sikap negara-negara Amerika latin dan Karibia mengenai isu senjata nuklir ini juga cukup tegas. Sikap itu antara lain disampaikan dalam KTT Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia (Celac) tahun 2014 di Havana, Kuba.

Adapun Kuba, sejak era Fidel Castro telah memiliki kesadaran betapa senjata nuklir sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup dunia.

Fidel Castro pernah menulis dan di dalam tulisan itu ia menyampaikan kekhawatiran terhadap bahaya perlombaan senjata nuklir di era Perang Dingin. karena dapat memicu bencana yang sangat besar bagi dunia.

Apa saja tantangan besar yang dihadapi masyarakat internasional?

Tentu ada tantangan besar bagi dunia untuk menghilangkan senjata nuklir. Apalagi faktanya, ada negara-negara besar yang memiliki senjata nuklir.

Penting bagi organisasi internasional yang bekerja di bidang itu membangun kesadaran mengenai bahaya yang akan ditimbulkan senjata nuklir. Masyarakat internasional, perlu menyakinkan pemimpin kita untuk tidak menggunakan senjata nuklir. Namun di sisi lain, penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan-tujuan damai seperti di bidang kedokteran dan energi perlu mendapatkan dukungan. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA