Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dubes Azerbaijan: Kami akan Kembalikan Kedaulatan dengan Operasi Militer

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Sabtu, 14 April 2018, 08:32 WIB
Dubes Azerbaijan: Kami akan Kembalikan Kedaulatan dengan Operasi Militer
Dutabesar Azerbaijan Tamerlan Garayev /RMOL
Yang Mulia Tamerlan Garayev menyambut kami di ruang kerjanya di Jalan Karang Asem Tengah, kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Wajahnya oval dengan garis dagu yang tegas dan hidung tinggi. Rambut dan kumisnya telah memutih.

Setelah menjawab salam, diplomat senior Azerbaijan ini mempersilakan kami duduk di hadapannya, di seberang meja kerja berwarna coklat tua.

YM Garayev lahir di Agdam, 30 Januari 1952 dan sudah cukup lama malang melintang di korps diplomatik Azerbaijan. Sebelum memulai tugas di Jakarta sekitar 6,5 tahun lalu, YM Garayev pernah bertugas sebagai Dutabesar Azerbaijan di Republik Rakyat China (RRC) selama delapan tahun, antara 1993 hingga 2001. Ia kembali ditugaskan sebagai dutabesar, kali ini di India, untuk tujuh tahun lamanya dari 2004 sampai 2011.

Sebelum memulai karier sebagai diplomat, doktor ilmu hukum ini lebih dahulu mengabdikan diri di arena politik. YM Garayev adalah salah seorang tokoh kunci ketika Azerbaijan meninggalkan Uni Soviet pada kurun 1990-1991. Ketika itu dia adalah Wakil Ketua Supreme Council atau Dewan Tertinggi Republik Azerbaijan. Sebagai orang nomor dua di lembaga itu, kekuasaanya tidak main-main. Di tahun1992 kariernya menanjak, kali ini YM Garayev menduduki kursi Wakil Ketua Mili Majlis atau Majelis Nasional Republik Azerbaijan yang berfungsi sebagai lembaga legislatif unikameral.

Sebelum memulai wawancara, YM Garayev meminta izin kepada kami untuk mendedikasikan wawancara itu bagi tidak kurang 100 ribu orang Azerbaijan yang dibantai milisi Bolshevik dan Tentara Federasi Armenia seratus tahun lalu, tepatnya 31 Maret 1918. Ini adalah salah satu era kelam dalam perjalanan sejarah Azerbaijan, ketika negara itu akhirnya bergabung dengan Uni Soviet.

Wawancara kami dengan YM Garayev menyentuh hal-hal yang terkait dengan kerjasama Indonesia dan Azerbaijan sejak hubungan diplomatik kedua negara dibuka pada 1992. Kami juga membicarakan ketegangan dan ancaman instabilitas di kawasan Asia Tengah yang dipicu oleh prilaku agresif Armenia.

Isu lain yang kami bicarakan berkaitan dengan dinamika global yang mengiringi kemenangan Vladimir Putin dalam pilpres Rusia, keputusan RRC menghapus masa jabatan presiden Xi Jinping, dan kehadiran Donald Trump sebagai pemimpin Amerika Serikat.

Berikut petikannya:

Bisa Anda jelaskan aspek historis hubungan Indonesia dan Azerbaijan?

Menurut beberapa sejarawan dari Indonesia dan Azerbaijan, jejak pertama dari hubungan kedua negara yang saling berjauhan ini dapat ditelusuri kembali ke era Maulana Malik Ibrahim (di Indonesia dikenal sebagai Sunan Gresik) yang datang ke negeri ini dari wilayah di sekitar Laut Kaspia dimana Azerbaijan berada.

Cerita ini terutama berasal dari fakta bahwa makam Syekh Yahya Bakuvi, guru dari Maulana Malik Ibrahim di Baku, ibukota Azerbaijan, masih sangat terawat sampai hari ini dan tercatat dalam daftar warisan dunia oleh UNESCO.

Sementara dari catatan sejarah modern, hubungan bilateral antara kedua negara kita dimulai pada 24 September 1992.

Bagaimana hubungan kedua negara sejauh ini? Kerjasama yang terjalin di bidang apa saja, dan bisakah Anda jelaskan peluang kerjasama di masa depan?

Sejak 1992 hubungan bilateral Azerbaijan dan Indonesia berkembang sangat cepat dan dinamis. Hubungan politik tingkat tinggi kita didasarkan pada prinsip persaudaraan dan kerjasama. Dari sudut pandang ekonomi, volume perdagangan bilateral kita tercatat sebagai volume perdagangan terbesar kedua antara Indonesia dan negara-negara CIS (Commonwealth of Independent States). Dan, (Indonesia) merupakan kedua terbesar di antara mitra dagang luar negeri Azerbaijan.

Kerjasama bilateral di bidang layanan publik juga berkembang pesat. Azerbaijan dengan senang hati membagi pengalaman dalam mengembangkan pelayanan publik yang kami sebut sebagai Azerbaijan Service and Assessment Network (ASAN).

ASAN Service ini merupakan sistem “one stop” untuk hampir semua layanan publik di bawah satu atap, dan telah mendapat penghargaan United Nations Public Service Award 2015 untuk penyediaan layanan publik yang patut dicontoh. MoU telah ditandatangani antara pemerintah kedua negara, dan persiapan pengembangan ASAN Service untuk Indonesia sedang berlangsung.

Di bidang pendidikan dan kebudayaan, saya harus menyoroti jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Bahasa Azerbaijan, di mana banyak mahasiswa Azerbaijan mempelajari Bahasa Indonesia. Selain itu, Pencak Silat Center juga beroperasi di Baku. Sementara itu multikulturalisme Azerbaijan juga diajarkan di Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta, dan Azerbaijan Corner telah didirikan di Universitas Indonesia di Jakarta.

Bagaimana Azerbaijan memandang ASEAN? Saat ini ASEAN tengah mengembangkan konsep satu komunitas, kira-kira di bidang apa kerjasama antara ASEAN dan Azerbaijan dapat dilakukan?

ASEAN baru-baru ini merayakan ulang tahun ke-50 dan ini merupakan sejarah kerjasama yang cukup panjang dan bukti sehingga ASEAN dapat dianggap sebagai organisasi regional utama. Pemerintah Azerbaijan sangat tertarik untuk menjalin hubungan langsung dengan ASEAN untuk meningkatkan kerjasama dan hubungan multilateral dan bilateral dengan negara-negara anggota terutama di bidang pariwisata. Sebagai non-regional country, kami bekerja untuk menyiapkan dasar hukum dengan menandatangani dokumen yang sesuai dan menjadi mitra dialog atau membangun kemitraan di bidang tertentu.

Bagaimana situasi di kawasan Asia Tengah dewasa ini? Bagaimana Azerbaijan bekerjasama dengan negara-negara tetangga untuk mengatasi masalah-masalah yang ada?

Dibandingkan dengan kawasan Timur Tengah, situasi di Asia Tengah sejauh ini stabil. Mengapa saya mengatakan “sejauh ini”, karena hanya ada satu negara yang tidak stabil, nakal dan agresif di wilayah tersebut dan itu adalah Armenia. Rezim berkuasa di negara itu telah mengadopsi terorisme sebagai kebijakan negara dan menerapkan kebijakan itu terhadap Azerbaijan sejak awal kemerdekaan kami di tahun 1990.

Armenia menduduki hampir 20 persen wilayah Azerbaijan yang disebut Karabakh, membunuh dan mengusir semua penduduk, menghancurkan warisan Islam di sana dan mengubah kota menjadi reruntuhan. Lebih dari 250 ribu orang Azerbaijan telah diasingkan dari Armenia ke Azerbaijan dan hampir 1 juta penduduk wilayah Karabakh Azerbaijan mengungsi dan masuk dalam kategori IDP (Internally Displaced People).

Di kawasan Asia Tengah hanya Armenia yang memiliki populasi mono-etnik dan satu-satunya negara yang memiliki wilayah dan klaim “historis” palsu terhadap tetangganya. Semua negara di kawasan ini menikmati hubungan saling menguntungkan dengan keramahtamahan yang tinggi satu sama lain, kecuali Armenia. Saat ini Armenia dengan sangat aktif dan terbuka mengklaim wilayah dua negara tetangga mereka, yakni Turki dan Azerbaijan. Lalu di saat bersamaan mereka menyimpan rencana licik terhadap Iran dan Georgia.

Sejauh ini, demi perdamaian dan stabilitas regional, Azerbaijan dengan tenang duduk di meja perundingan dengan Armenia melalui mediasi Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) Minsk Group, berharap dan bersandar pada prinsip-prinsip hukum internasional, tanggung jawab, komitmen dan keteguhan ketua bersama yang terdiri dari Rusia, Amerika Serikat dan Perancis.

Sudah 25 tahun kami menunggu hukum internasional untuk dilaksanakan dan keadilan untuk dimenangkan. Jika kebuntuan dan standar ganda mediator terus berlanjut, kami (Azerbaijan) akan mengembalikan kedaulatan atas teritorinya dengan operasi militer yang cepat, yang memiliki risiko sangat tinggi untuk pecahnya perang penuh di kawasan ini. Bila ini terjadi, pemerintah Armenia bertanggung jawab atas semua kehancuran.

Apakah ada masalah tradisional lain di Asia Tengah?

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, Armenia adalah satu-satunya aktor yang mengganggu stabilitas di kawasan ini. Agresi dan kebencian mereka terhadap penduduk di kawasan, terutama Azerbaijan dan warga Azerbaijan bukanlah hal baru. Ini adalah tradisi politik mereka yang sudah dimulai sejak awal abad ke-20. Dari waktu ke waktu partai nasional Dashnaksutyun Armenia menerapkan tradisi teror dan rasis mereka terhadap warga di kawasan. Sepanjang abad ke-20 sampai sekarang mereka menciptakan kekacauan di kawasan.

Ide mereka adalah untuk menciptakan “Armenia yang Agung” yang meliputi wilayah beberapa negara di kawasan ini, Azerbaijan, Turki, Georgia dan Iran. Dengan tujuan ini, pada awal abad ke-20 orang-orang Armenia mulai bermigrasi ke Azerbaijan dan menetap di berbagai kota. Pada malam revolusi Rusia pertama (1905-1907) partai nasionalis Armenia Dashnaksutyun mulai menyebarkan ide-ide nasionalistik di antara para pekerja Armenia di Baku. Mereka menghasut bahwa ini (Revolusi Rusia) adalah kesempatan yang tepat untuk mewujudkan mimpi “Armenia yang Agung” dan mereka melakukan serangkaian pembantaian berdarah terhadap warga Azerbaijan pada periode 1905-1907.

Ratusan permukiman Azerbaijan dihancurkan dan dibakar, dan ribuan penduduk sipil dibunuh secara brutal. Serangkaian serangan kedua dan pembunuhan massal orang-orang Azerbaijan oleh partai Dashnaksutyun dimulai pada 1918, dengan memanfaatkan Revolusi Rusia pada Oktober 1917. Mereka menjalankan rencana mereka di bawah bendera Bolshevisme.

Pada bulan Maret 1918, orang-orang Armenia melakukan pembantaian atau genosida terhadap orang-orang Azerbaijan. Armenia membakar kota-kota dan permukiman warga Azerbaijan di Baku, Guba, Shamakhi, Karabakh, Zengezur, Irevan dan sebagainya. Dengan brutal mereka membantai lebih dari 20 ribu hingga 25 ribu orang di setiap kota.

Gelombang ketiga dari tradisi teror rasis Armenia terjadi pada tahun 1992, menggunakan peluang runtuhnya Uni Soviet. Armenia menyerang dan menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan, melakukan lagi serangkaian pembantaian selama pendudukan. Pembantaian paling brutal pada periode ini terjadi di kota Khojaly, di mana seluruh kota dibakar dan penduduk dibunuh secara brutal. Hari ini tindakan keji Armenia tersebut diakui secara internasional dan dikenal sebagai Khojaly Genocide dan tercatat sebagai kejahatan paling brutal terhadap kemanusiaan di abad ke-20.

Agresi Armenia terhadap Azerbaijan berlanjut hari ini. Empat resolusi Dewan Keamanan PBB, masing-masing 822, 853, 874, dan 884, tetap tidak dipenuhi Armenia. Secara umum keempat resolusi itu meminta Armenia menarik pasukan tanpa syarat dari wilayah Azerbaijan yang mereka duduki.

Bagaimana Anda melihat gagasan Jalan Sutera Baru yang juga dikenal sebagai One Belt One Road yang diiniasi oleh Presiden RRC Xi Jinping?

Azerbaijan adalah titik paling penting dalam insiatif ini, karena jalan ini menuju Laut Kaspia di Asia Tengah ke Baku dan dari Baku ke Eropa.

Bagaimana investasi RRC di Azerbaijan dibandingkan dengan negara-negara lain?

Tidak begitu besar. Jumlah investasi yang paling besar dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Italia. Investasi Amerikat Serikat masih lebih besar.

***

Glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi) yang diintrodusir Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev sebagai respon untuk mengatasi krisis ekonomi dan politik yang semakin meluas disambut gerakan kemerdekaan di banyak tempat, termasuk di Azerbaijan.

Sebuah bentrokan berdarah terjadi di Baku pada tanggal 19 dan 20 Januari 1990. Ratusan orang tewas dan terluka dalam peristiwa Januari Hitam itu. Dua hari kemudian, Dewan Tertinggi Republik Soviet Sosialis Azerbaijan mengambil keputusan penting, menghilangkan frase “Soviet Sosialis”. Supreme Council juga mengadopsi Deklarasi Kedaulatan Republik Azerbaijan.

***

Azerbaijan dikenal sebagai salah satu negeri yang pertama kali meninggalkan Uni Soviet. Bisa Anda ceritakan bagaimana proses itu terjadi?

Sebetulnya, kami yang memulai pertama kali. Saat itu terjadi peristiwa yang sangat berdarah di Baku. Tentara Uni Soviet datang ke Baku. Banyak orang terbunuh. Saya adalah orang nomor dua ketika itu (sebagai Wakil Ketua Dewan Tertinggi Republik Azerbaijan).

Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa perjuangan kami (Azerbaijan) membuat kami merdeka. Tidak. Itu terjadi karena Uni Soviet collapse. Dan Uni Soviet hancur di Moskow.

Uni Soviet adalah super power. Apa yang menjadi sebab ia hancur?

Kalau Anda memang tertarik mengetahui soal ini, saya akan katakan. Lihat (perbandingan) Uni Soviet dan China. Situasi di Uni Soviet saat itu lebih baik daripada di China. Sementara ekonomi China saat itu sangat hancur.

Kemudian kita lihat bagaimana Uni Soviet hancur, sementara China muncul (sebagai super power). Mengapa? Semua mengatakan, Deng Xioping berkuasa, dan mengatakan: ayo kita bangun ekonomi, beri kesempatan kepada masyarakat untuk membangun bisnis, dan lupakan prinsip komunisme. Partai Komunis China lebih China daripada komunisme. Apa yang baik bagi China digunakan, dan yang tidak bagus akan disisihkan.

Di Uni Soviet, Partai Komunis Uni Soviet lebih dahulu hancur. Kelompok tua yang berkuasa, tanpa ide apapun, memberikan kekuasaan kepada keluarga dan teman-teman mereka, akibatnya korupsi dimana-mana dan korupsi dimulai di partai.

Kita bisa melihat, tanpa ideologi sebuah negara tidak bisa bangkit. Ekonomi penting, tetapi ekonomi berkerja untuk (berdasarkan) ideologi. Bukan sebaliknya.

Uni Soviet dari masa Lenin, Stalin, Kruschev dan seterusnya, dipimpin oleh Partai Komunis Uni Soviet. Ketika Partai Komunis hancur, Gorbachev mengira dia bisa mengatasi keadaan tanpa Partai Komunis dan mengabaikan Partai Komunis. Sementara Partai Komunis adalah instrumen yang menyatukan negara ini. Itulah sebabnya Rusia menyebut Gorbachev sebagai pengkhianat.

Bagaimana hubungan Azerbaijan dengan Rusia saat ini?

Hubungan kami normal. Maksudnya, kami memiliki hubungan ekonomi yang sangat aktif, kami mendukung satu sama lain. Tetapi kami masih punya satu masalah dengan Rusia. Masalahnya adalah, Rusia masih mendukung Armenia. Rusia menutup mata untuk penderitaan yang diciptakan Armenia. Ini karena Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia.

Di Azerbaijan ada banyak orang Rusia. Kami memiliki banyak sekolah yang menggunakan bahasa Rusia. Kami memiliki universitas yang menggunakan bahasa Rusia. Di Armenia, mereka tidak punya. Ya, tetapi tetap Rusia mendukung Armenia.

Bagaimana pandangan Anda tentang Vladimir Putin yang kembali terpilih sebagai Presiden Federasi Rusia?

Saya rasa semua orang tahu bahwa di Rusia tidak ada alternatif lain.

Apakah ini bagus untuk Azerbaijan, terkait dengan konflik antara Azerbaijan dan Armenia?

Bagi kami, untuk stabilitas dan masa depan, Putin menciptkan stabilitas di Rusia. Itu sebabnya, kalau Putin menciptakan stabilitas di Rusia, bagi kami itu bagus. Karena, kalau Rusia tidak stabil akan jadi masalah bagi Azerbaijan dan negara-negara tetangga.

Bagaimana Anda menilai Presiden Donald Trump?

Saya rasa Donald Trump adalah tipe yang unik setelah John F. Kennedy. Trump sangat berbeda. Itu sebabnya ada yang suka dia, ada yang tidak suka dia. Tetapi, bagaimanapun juga, itu adalah keputusan warganegara Amerika Serikat. Mungkin mereka ingin melihat wajah baru yang berbeda. Saya tidak tahu. Tapi bagi kami tidak penting siapa yang berkuasa. Bagi kami yang paling penting adalah hubungan kami dengan Amerika Serikat yang stabil.

Itu juga pandangan Anda dalam melihat Presiden Xi Jinping?

Tentu saja. Saya suka dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Anda (Joko Widodo) bahwa negara manapun yang bagus bagi hubungan ekonomi Indonesia, adalah negara yang dekat. Indonesia membangun hubungan luar negeri berdasarkan kepentingan ekonomi. Kami juga seperti itu. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.