Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pesan Natal Sri Paus Fransiskus

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 26 Desember 2018, 07:44 WIB
Pesan Natal Sri Paus Fransiskus
Paus Fransiskus/Net
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
SAYA bukan umat Katolik namun mengagumi nurani kemanusiaan pemimpin gereja Katolik, Sri Paus Fransiskus. Pada usia 82 tahun, Sri Paus Fransiskus menyampaikan pesan Natal pada upacara misa Natal di basilika Santo Petrus, Vatikan malam hari 24 Desember 2018.

Konsumtifisme

Sri Paus yang berasal dari Argentina ini memprihatinkan gejala angkara murka konsumtifisme sedang merundung peradaban umat manusia masa kini. Pemimpin 1,3 miliar umat Katolik mengimbau umat manusia agar lebih mengutamakan kasih sayang ketimbang kerakusan dalam menempuh perjalanan hidup masing-masing.

Banyak manusia memberi makna hidup dengan meraup demi memiliki harta benda secara berlebihan jauh melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Keserakahan menjadi ciri peradaban umat manusia masa kini di mana secara paradoksal segelintir manusia hidup mewah berlimpah-ruah sementara masih begitu banyak hidup dalam kemiskinan sehingga terpaksa hidup “without the daily bread needed to survive” (tanpa secuil roti untuk bertahan hidup).

Kesederhanaan

Dalam pesan Natal 2018, Sri Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kesederhanaan suasana kandang hewan ternak di mana bayi Yesus Kristus dilahirkan pada hakikatnya menyadarkan umat manusia untuk menempuh perjalanan hidup “not by devouring and hoarding, but by sharing and giving” (bukan dengan melahap dan menumpuk namun dengan membagi dan memberi”) agar tidak tergelincir jatuh ke jurang angkara murka keserakahan.

Seyogianya umat manusia bertanya kepada diri masing-masing  “Do I really need all these material objects and complicated recipes for living? Can I manage without all these unnecessary extras and live a life of greater simplicity?” yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira bermakna “Apakah aku benar-benar membutuhkan segenap harta benda berlebih ini untuk bisa hidup ? Apakah aku tidak bisa hidup tanpa segala kelimpah-ruahan yang mubazir  demi hidup dalam kesederhanaan yang lebih luhur ?“

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA