Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kelirumologi Kelaziman

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 09 Januari 2019, 05:50 WIB
Kelirumologi Kelaziman
Jaya Suprana/Net
SESUATU yang sudah terlanjur menjadi kelaziman akibat dilakukan oleh banyak orang pada hakikatnya cenderung dianggap sebagai sesuatu yang benar padahal sebenarnya keliru.

Salah Satu

Misalnya “salah satu” akibat sudah menjadi kelaziman yang digunakan secara berjemaah maka dianggap sebagai benar padahal sebenarnya  keliru.

Pada kalimat yang berbunyi “Silakan pilih salah satu kalimat yang benar di antara lima kalimat yang empat di antaranya tidak benar” pada hakikatnya mempersilakan kita memilih satu kalimat yang benar alias tidak salah di antara lima kalimat yang empat di antaranya tidak benar.

Berarti “salah satu” kalimat yang benar itu sebenarnya justru sama sekali tidak salah. Namun akibat kita sudah terbiasa menggunakan istilah “salah satu” yang sebenarnya keliru maka kita tidak sadar bahwa istilah “salah satu” sebenarnya keliru.

Malah kita enggan menggunakan istilah yang benar yaitu “ satu di antara” akibat terkesan janggal akibat kita sudah terbiasa keliru dengan menggunakan istilah “salah satu” yang sebenarnya keliru itu.

Ulang Tahun

Istilah “ulang tahun” sebenarnya keliru. Selama teknologi mesin yang bisa mengulang waktu masih belum ditemukan maka jelas bahwa tahun mustahil diulang.  

Ucapan “Selamat  Hari Kelahiran” jauh lebih benar ketimbang  “Selamat Ulang Tahun” sebab pada kenyataan yang dirayakan sama sekali bukan tahun yang diulang namun hari kelahiran.

Sayang, ucapan Selamat Ulang Tahun yang sebenarnya keliru namun akibat terlanjur sudah melazim maka terkesan benar ketimbang Selamat Hari Kelahiran yang sebenarnya benar namun akibat tidak melazim malah dianggap tidak benar.

Bahkan muncul istilah Haul sebagai akronim alias kependekan dari Hari Ulang Tahun yang sebenarnya keliru akibat mustahil mengulang tahun bagi orang yang usianya justru bertambah.

Wajar

Akibat kelaziman yang membenarkan kekeliruan, ketika saya berupaya mengoreksi kekeliruan penggunaan istilah konsumerisme untuk perilaku konsumtif berlebihan karena makna konsumerisme yang benar adalah paham membela dan melindungi kepentingan konsumen, maka wajar bahwa alih-alih dipuji oleh mereka yang sudah terbiasa menggunakan istilah komsumerisme secara keliru, malah saya dicemooh sebagai orang aneh yang kurang kerjaan sambil bergaya sok pintar padahal goblok.

Penulis adalah pendiri Pusat Studi Kelirumologi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA